Dunia yang sebenarnya itu adalah dunia idea. Idea-idea yang ada disana itu realitas yang sebenarnya yang merupakan contoh dan paling penting bagi hal di dunia ini. Manusia itu asalnya dari idea, maka dari itu tujuannya di dunia ini tidak harus menerus ada di dunia bayang-bayang saja, melainkan haruslah ia kembali ke asal mulanya untuk selama-lamanya memandang ide-ide itu dengan ide tertinggi.
Adalah ide kebaikan untuk mempersiapkan diri bagi pulangnya ke dunia ide ini maka haruslah orang dalam tindakannya berusaha sungguh-sungguh yang tidak hanya puas akan yang bermacam-macam dan berubah-ubah dan yang fana ini, melainkan haruslah ia sekarang sedapat mungkin menyalami hal-hal yang fana itu, sampai ia mempunyai pengertian yang sebaik-baiknya. Di dunia ini hendaklah dapat mengambil inti sari dari dunia pengalaman
Jika sudah pada waktunya jiwa terlepas dari badannya, maka dengan bekal yang diperolehnya itu akan masuklah ia untuk memandang dan menikmati ide-ide di dunia baka dengan ide kebaikan dan itulah kepuasan dan kebahagiaan yang sempurna.
Orang yang dapat menyelami hal yang beraneka warna sampai kepada idenya, jadi orang yang dapat mempunyai ide-ide itulah yang bijaksana. Ia tak kan selalu terlibat oleh hal-hal yang kebetulan yang berubah-ubah dan bermacam-macam , melainkan ia akan mempunyai pendapat dan pendirian yang tetap. Itulah sebabnya sehingga hanya para bijaksana saja yang dapat dan patut menjadi pengemudi Negara.
Dunia idea ini sebetulnya hanya merupakan kesimpulan yang diambilnya dari persamaan dalam hanya manusia. Keterangannya dalam gambaran ini diterimanya juga dari semacam ibarat orang yang ada di dalam gua menyangka suatu bayang-bayang yang ada disitu sebagai hal yang sesungguhnya, kelirulah ia orang yang bijaksana haruslah tidak segera dipengaruhi oleh apa yang dialaminya, haruslah ia menyelidiki dan mencoba menyelami inti sarinya.
Adapun tingkah laku manusia ini ditujukan kepada kebahagiaan. Sebetulnya semua tindakan bertujuan kepada kebahagiaan. Dalam dunia ini sering-sering kebahagiaan berupa kekayaan, kesenangan badan, kemuliaan, kemewahan dan lain-lain. Semuanya itu belumlah kebahagiaan sejati, malahan mungkin itu kebahagian keliru. Adapun sebabnya adalah karena manusia itu tidak hanya terdiri dari roh saja, sehingga budinya tidak selalu dapat menang dalam pemilihan tindakan. Kerap kali benar ia terpengaruh dan ada kalanya terkalahkan oleh cenderung badannya.
Manusia yang bijaksana selalu bertindak dalam penerangan budinya, sebab budinyalah yang membedakan dia dari binatang. Supaya budi ini dapat melaksanakan dengan baik, haruslah orang dapat mengendalikan diri, dapat mengatasi angkaranya. Jika orang selalu dapat mengatasi angkaranya serta budinya selalu menjadi pedoman tingkah lakunya, orang demikian itu akan mencapai kebahagiaan sempurna dan orang yang demikianlah itu yang sebenarnya bijaksana.