Thursday, December 3, 2009

Kemajuan dan Fasilitas Tanpa Niat baik Tiada berguna



Salman petani desa berpenghasilan pas-pasan, kehidupannya tahun ini diperburuk dengan tidak turunnya hujan sampai bulan November kemarin, sawah kecil satu petak miliknya yang hanya mengandalkan hujan alias sawah tadah hujan, tidak  bisa ditanami, praktis mereka hidup dengan mengandalkan hutang alias gali lobang tutup lobang. Istrinya hanya bisa tersenyum kecut bila setiap hari harus menanggung malu  kepada semua pemilik warung didesanya, dan akhirnya tidak ada pemilik warung yang bersedia  untuk memberi mereka pinjaman karena hutang yang lama sudah menumpuk dan mereka tidak punya kemampuan untuk membayar hutang itu
Senin kemarin  gubuk mereka yang reot  dan terletak 35 km dari kota Kecamatan ,  semakin sempit rasanya  ketika putri semata wayang mereka  Annisa sakit panas dan kejang-kejang karena kekurangan gizi. Pandangan mata Salman nanar ingin rasanya  ia meminta agar langit runtuh dan menghimpit mereka agar mereka terbebas dari segala masalah di dunia ini tapi  Salman segera sadar astaga pikiran apa ini, ia dididik dengan baik oleh kedua orangtuanya sejak kecil bahwa kita tidak boleh berputus asa dengan rahmat Tuhan.  Salman dengan berat hati membawa anaknya ke Pustu tetapi disana ia hanya diberi vitamin dan obat panas. Fasilitas  Pustu  (Puskesmas Pembantu ) itu memang seadanya.
Obat dari Pustu telah habis tetapi keadaan Annisa tidaklah membaik malah tambah parah.  Berita baik akhirnya datang, Fadel saudara jauh Salman datang dari Kabupaten, ia memberi bantuan uang dan berjanji akan membawa Annisa ke Rumah Sakit Kabupaten yang sudah maju serta mempunyai peralatan modern.  Salman menolak dengan alasan mereka tidak punya biaya, tetapi Fadel menjelaskan bahwa sekarang ada kesehatan gratis hanya perlu  mengurus keterangan tidak mampu dari Kepala Desa Setempat.
Jadilah Annisa dirawat  dirumah sakit,  satu dua hari Salman penuh harapan melihat putrinya berangsur-angsur membaik, kejang-kejangnya sudah hilang meski panasnya masih turun naik,  tetapi  apa yang hendak dikata hari ketiga  cobaan datang lagi mereka harus membeli obat mahal yang katanya tidak masuk dalam jaminan. Mereka membayar  65 ribu untuk mendapatkan 15 butir obat dengan dosis 3 x 1, setelah minum obat itu panas si pasien turun dan ini membuat kedua orangtuanya  gembira  luar biasa,   serasa hilang beban dari pundak mereka , tetapi  kekejaman apa pula yang selanjutnya akan terjadi
Esok harinya perawat datang dengan membawa resep baru untuk ditebus dan yang paling aneh obat yang baru diminum 3 butir diambil kembali oleh sang perawat dengan alasan obat yang akan ditebus jauh lebih bagus  kualitasnya,  dan ternyata resep yang ditebus itu harganya ratusan ribu juga, demikian  kejadiannya  terus berulang ,  hari berikutnya  perawat datang  membawa resep lainnya dan mengambil obat yang baru diminum 3-4 butir , satu dua hari mereka masih punya uang pemberian dari Fadel tetapi pada hari ketujuh  kantong mereka hampir kosong,  Salman kemudian protes kenapa obat yang lama turut diambil kembali dan kenapa tiap hari obatnya diganti tanpa melihat efek dari obat tersebut terlebih dahulu,  tetapi kata perawat itu kebijaksanaan yang berlaku,  entah  apakah benar kebijakan rumah sakit atau hanya tindakan oknum tertentu tak tahulah.
Akhirnya dengan diam-diam mereka keluar dari rumah sakit itu,  sebelum keluar  Salman memandang kosong ke ruangan-ruangan dirumah sakit itu yang penuh dengan peralatan modern dalam  hatinya timbul pertanyaan apakah Rumah sakit ada untuk menolong masyarakat atau malah menjadi penambah penderitaan masyarakat , kemajuan dan fasilitas tanpa niat baik   ternyata tidak ada gunanya.

Blog Archive