Terngiang di kepala, pesan ayah dimasa kecil
Terbetik di telinga kabar masa lalu,
terus mengusik
Masa kini dan masa depan
Anakku, buah hatiku tersayang
Didalam darahmu mengalir darah para Karaeng
Satria pemberani pembela tanah Makassar.
Semangatmu, semangat para nakhoda Phinisi dan Sandeq
Dimanapun berada, kerinduanmu pada pada tanah itu takkan pupus
Keindahan Jawadwipa yang gemah ripah loh jinawi mustahil menahanmu
Puncak Lompobattang, Angin Buritan Pulau Lae-lae semilir sesayup sampai membisikkan kerinduan hati
Curahan Air terjun Bantimurung memanggil namamu
Bumi Buttakaraeng rindu putri terbaik menunaikan janji
Datanglah anakku pertemukanlah kembali masa lalu dan masa kini
Tempat dimana harapan dan impianmu tersimpan.
Meski tidak bisa mengarang puisi Seindah Cinta Hakiki atau Ruang Jeda juga tidak bisa merangkai kata seindah Newsoul atau Fatamorgana saya beranikan diri untuk menulis tulisan ini, karena hati saya begitu terharu menerima pesan dari seorang sahabat setia yang bertanya apa saya orang Sulawesi Selatan. Katanya dia keturunan Makassar dan ia tahu waktu kecil dari ayahnya yang bergelar Daeng, tetapi itu sudah lama sekali karena Ayahnya sendiri sudah meninggal sejak berumur 8 tahun, Sekarang beliau tinggal di Jawa dan belum pernah menginjakkan kaki di Bumi Makassar tanah leluhurnya. Entah kenapa akhir-akhir ini Ia rindu dengan tanah leluhur, tetapi kemana harus mengadu, hendak ke Sulawesi tetapi siapa yang akan dituju, tak ada sanak keluarga yang kenal.
Sahabatku jangan risaukan hal itu kami semua sahabat kamu di Sulawesi Selatan akan menerimamu dengan tangan terbuka sebagai keluarga, ada bang Iwan, Becce Lawo, Ivan kavalera dan Saya sendiri. Jadi jangan pernah merasa sendiri . Untuk mengobati rasa rindu mbak sedikit saya perlihatkan foto kota Makassar dan daerah lainnya di Sulawesi Selatan