Salam sahabat terimakasih yang tak terhingga atas dukungan anda kepada blog ini. Pada postingan terdahulu Tujuh indikator Kebahagiaan Dunia bag-1 saya telah menuliskan tujuh indikator kebahagiaan dunia yang merupakan wasiat dari Ibnu Abbas R.A dan pada postingan tersebut saya meminta kepada sahabat-sahabat untuk menuliskan komentar apabila mereka memiliki indikator lain. Beberapa sahabat : Attayaya, Setiawan Dirgantara, Trimatra, Reni memiliki pemikiran yang sama bahwa bersyukur adalah sejatinya kebahagiaan. Kemudian Nura mengatakan bahwa ketujuh indikator itu sudah cukup. Tetapi ada juga beberapa tambahan dari sahabat, yaitu
Respon dari sahabat ialah :
a. Abang menulis bahwa selain 7 indikator itu jika kita ingin bahagia kita harus :
1. Bersabar ketika ketika diuji
2. Memaafkan ketika dizalimi
dua hal yang hanya bisa dilakukan oleh insan yang betul-betul berakhlak mulia.
b. Gek menulis 2 indikator lainnya yaitu
3. Senyum, karena senyum adalah ibadah mungkin kita disini menganggap senyum dengan seseorang adalah gampang tetapi diluar negeri sana susah sekali orang untuk tersenyum (yang penting jangan senyum-senyum sendiri ya gek ? nanti malah disangka stress),
4. Alangkah bahagia bisa memberi tanpa mengharap balasan.
c. Yanuar Catur Rastafara menambahkan:
5. Mengamalkan ilmu agama
Untuk ketiga sahabat di atas terimakasih atas masukannya semoga semakin memperkaya pengetahuan agama kita Amin.
Sesuai Postingan Terdahulu Tujuh Indikator kebahagiaan dunia yaitu hati yang selalu syukur, pasangan hidup yang soleh, anak yang soleh, teman-teman atau lingkungan yang soleh, harta yang halal, semangat untuk memahami ajaran agama, dan umur yang baroqah nah yang menjadi pertanyaan sekarang bagaimana untuk ikhtiar untuk mendapat ketujuh indikator tersebut, bagaimana caranya agar kita dikaruniakan Allah ke tujuh buah indikator kebahagiaan dunia tersebut ? Selain usaha keras kita untuk memperbaiki diri, usaha untuk memeroleh rezki yang halal, mengerjakan segala perintah Nya dan menjauhi segala larangan Nya maka mohonlah kepada Allah SWT dengan sesering dan se-khusyu' mungkin membaca doa `sapu jagat' , yaitu doa yang paling sering dibaca oleh Rasulullah SAW. Dimana baris pertama doa tersebut "Rabbanaa aatina fid dun-yaa hasanaw" (yang artinya "Ya Allah karuniakanlah aku kebahagiaan dunia "), mempunyai makna bahwa kita sedang meminta kepada Allah ke tujuh indikator kebahagiaan dunia.
Walaupun kita akui sulit mendapatkan ketujuh hal itu ada di dalam genggaman kita, setidak-tidaknya kalau kita mendapat sebagian saja sudah patut kita syukuri.
Sedangkan mengenai kelanjutan doa sapu jagat tersebut yaitu "wa fil aakhirati hasanaw" (yang artinya "dan juga kebahagiaan akhirat"), untuk memperolehnya hanyalah dengan rahmat Allah. Kebahagiaan akhirat itu bukan surga tetapi rahmat Allah, kasih sayang Allah. Surga itu hanyalah sebagian kecil dari rahmat Allah, kita masuk surga bukan karena amal soleh kita, tetapi karena rahmat Allah.
Amal soleh yang kita lakukan sepanjang hidup kita (walau setiap hari puasa dan sholat malam) tidaklah cukup untuk mendapatkan tiket masuk surga. Amal soleh sesempurna apapun yang kita lakukan seumur hidup kita tidaklah sebanding dengan nikmat surga yang dijanjikan Allah.
Kata Nabi SAW, "Amal soleh yang kalian lakukan tidak bisa memasukkan kalian ke surga". Lalu para sahabat bertanya: "Bagaimana dengan Engkau ya Rasulullah ?". Jawab Rasulullah SAW : "Amal soleh saya pun juga tidak cukup". Lalu para sahabat kembali bertanya : "Kalau begitu dengan apa kita masuk surga?". Nabi SAW kembali menjawab : "Kita dapat masuk surga hanya karena rahmat dan kebaikan Allah semata".
Jadi sholat kita, puasa kita, taqarub kita kepada Allah sebenarnya bukan untuk surga tetapi untuk mendapatkan rahmat Allah. Dengan rahmat Allah itulah kita mendapatkan surga Allah (Insya Allah, Amiin).